Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Pattimura

Fatwa MUI III 2009 tentang keharaman merokok, serta membandingkan
hukum yang telah ditetapkan oleh nash yang memiliki kesamaan 'illat terhadap
hukum merokok dengan menggunakan metode istinbath berupa Qiyas, telah
menimbulkan pro kontra dalam masyarakat Muslim Indonesia. Kebiasan
merokok dalam masyarakat Indonesia sudah menjadi tradisi yang dianggap biasa,
mungkin karena begitu banyaknya para perokok atau juga karena begitu
banyaknya aktivitas yang merokok, biasa dijumpai disekitar lingkungan manusia
(komunitas), sehingga merokok menjadi hal yang lumrah dan biasa saja. Sehingga
Fatwa MUI III 2009 tentang keharaman merokok tidak belaku efektif sesuai
dengan tujuan Fatwa tersebut.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah yuridis normatif untuk
menganalisis permasalahan hukum yang terdapat dalam peraturan perundangundangan yang terkait dengan masalah yang diteliti dengan bersifat analisis
kualitatif.
Dasar pertimbangan Majelis Ulama Indonesia dalam menetapkan haram
bagi yang merokok MUI menggunakan dasar hukum yang menitik beratkan pada
aspek mafsadah dan madarat yang ditimbulkan karena zat dalam rokok yang
berbahaya. Jika semua masyarakat sudah sadar akan bahaya rokok dan tidak
memiliki ketergantungan lagi pada rokok, termasuk secara ekonomi, maka MUI
akan menetapkan fatwa haram secara menyeluruh.
Efektifitas Fatwa Ulama terkait keharaman merokok dalam masyarakat
Muslim Indonesia, Fatwa MUI bukan sebuah legislasi hukum dan hanya terkait
dengan nilai-nilai kepatuhan dalam aturan ke Islaman. Semakin banyak aturan
atau fatwa dikeluarkan, justru semakin banyak yang dilanggar bila tanpa ada
penyadaran terlebih dahulu. Fatwa pengharaman rokok sangat dirasa masyarakat
kurang efektif dan perlu dikaji kembali dengan berbagai pertimbangan, khususnya
dampak terhadap aspek ekonomi, sosial dan kesehatan.