Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Pattimura

Indonesia merupakan negara hukum, tetapi dalam penegakan hukumnya
masih terdapat bagian yang rapuh, yang di mana dalam kasus pembunuhan ini
seorang hakim yang tugasnya mengadili dan tidak memihak (impertial jugde)
seharusnya mampu untuk memberikan keadilan yang sama dimata hukum melalui
alat bukti dalam suatu perkara. Hakim dalam menjatuhkan putusan pidana harus
memeliki dasar pertimbangan terhadap fakta-fakta dan persesuaian antara alat bukti
dengan alat bukti lainnya. Dalam kasus tindak pidana pembunuhan ini dimana tidak
ada persesuaian dari alat bukti dengan alat bukti lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pertimbangan hakim dalam
tindak pidana pembunuhan, dan menganalisa keyakinan hakim dalam memberikan
suatu putusan. Penelitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
yuridis normatif dengan tipe penelitian bersifat deskripstif analitis, teknik
pengumpulan bahan primer dan sekunder. Kemudian analisis bahan hukum yang
digunakan yaitu secara kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan pembuktian dalam hal ini
keterangan saksi tidak kuat, seharusnya terdakwa tidak dapat dinyatakan bersalah
walaupun dengan keyakinan hakim. Pertimbangan hakim menjatuhkan pidana
terhadap terdakwa didasarkan keyakinan hakim dan keterangan saksi yang lemah.
Majelis Hakim berpendapat telah terdapat 1 (satu) alat bukti berupa petunjuk dan
alat bukti surat Visum Et Repertum Nomor : R/01/VER/II/2019 tanggal 07 Februari
2019. Karena telah terdapat 2 (dua) alat bukti yang sah ini maka majelis hakim
berpendapat bahwa terdakwalah yang telah melakukan perbuatan penikaman
terhadap korban Sandi Alfons.